TUGAS ETIKA
PROFESI (SOFTSKILL)
PENARIKAN KEMBALI
PRODUK HP SAMSUNG GALAXY NOTE 7, TABLET GAMING SHIELD NVIDIA DAN CHIPSET INTEL
Disusun Oleh :
Nama : 1. Ade Jayadiirian ( 20413139)
2. Eko Wahyudi
(22413846)
3. Indra Adi
Wardani (24413381)
4. Rizqi Purwo
Santoso (28413022)
Kelas : 4IC01
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan zaman yang begitu pesat, timbul
beberapa perubahan dan perkembangan yang sangat signifikan terhadap era baru
yang tumbuh diantara kehidupan manusia. Beberapa hal yang dahulu mungkin
dianggap mustahil saat ini begitu banyak digunakan dan dimiliki oleh setiap
manusia, yaitu kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi yang semakin hari semakin luar biasa,
semuanya tidak terlepas dari sebuah filosofi teknologi yang memang diciptakan
untuk mempermudah pekerjaan manusia. Teknologi ini digunakan sebagai sarana
atau media untuk memungkinkan seseorang untuk melakukan sebuah pekerjaan atau
membantu kehidupan sosialnya yang menjadi lebih mudah dan praktis, salah satu
teknologi tersebut yaitu teknologi sistem informasi dan telekomunikasi.
Teknologi informasi dan telekomunikasi saat ini
merupakan sebagai kebutuhan yang primer di zaman era modern, dan akibat perkembangannya
dan permintaan konsumen yang begitu besar membuat beberapa vendor produsen yang
sebelumnya telah bergelut dibidang teknologi ingin mencicipi sengitnya
persaingan pada penerapan bidang teknologi informasi dan telekomunikasi.
Penerapan dari bidang ini salah satu produknya adalah Handphone dan Laptop.
Tidak dapat dipungkiri handphone dan laptop adalah
sebuah perkembangan teknologi yang selalu menjadi kebutuhan manusia, maka
beberapa vendor yang ikut bersaing diera ini salah satunya adalah produsen
Samsung dan Nvidia, ini adalah salah satu produsen yang ikut meramaikan
teknologi handphone dengan berbagai jenis produk dengan spesifikasi yang selalu
mengikuti kebutuhan setiap konsumen. Kemudian untuk mendukung kinerja handphone
atau laptop maka muncul sebuah prangkat elektronika yang berfungsi sebagai otak
dari sebuah sistem teknologi yang digunakan untuk mengolah dan mengoperasikan
sebuah perangkat elektronik yaitu Chips, salah satu vendor terbesar yang
memproduksi adalah perusahaan Intel.
Semakin meningkatnya persaingan diantara produsen
teknologi, membuat semua produsen berbondong-bondong untuk membuat produk yang
sangat berkualitas untuk menarik perhatian konsumen. Namun peningkatan ini
terkadang membuat sang produsen menjadi lengah terhadap perangat yang mereka
buat, salah satu faktor yang sering terlupakan adalah faktor keamanan dari
penggunaan perangkat elektronik tersebut. Maka dari itu produsen harus dapat
konsumen atau
user.
BAB II
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
Kemajuan teknologi dibidang informasi dan
telekomunikasi membuat beberapa produsen bersaing salah satunya Samsung, Nvidia
dan Intel. Namun, karena beberapa kesalahan yang terjadi pada saat produksi
baik penggunaan perngkat bahan baku yang salah atau dalam proses pembuatan yang
kurang tepat membuat terjadinya kegagalan produk ang dapat membahayakan
konsumen, hal ini perlu dilakukan tindakan oleh pihak perusahaan untuk
diberikan solusi bagi kegagalan perangkat ini, salah satu solusi yang terjadi
adalah Recall atau penarikan kembali pada sebuah produk yang mengalami
kegagalan. Dibawah ini adalah contoh beberapa produk yang mengalami terjadinya
kegagalan produk, sehingga produk tersebut dilakukan recall dan pergantian yang
baru dan lebih aman, diantaranya :
1.
PENARIKAN KEMBALI HANDPHONE SAMSUNG
GALAXY NOTE 7 akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan
penarikan perangkat elektronik Hp Samsung galaxy note 7 secara besar-besaran,
ini dikarenakan terjadi beberapa kasus didunia dimana perangkat ini terbakar
saat sedang melakukan proses pengisian baterai, sehingga beberapa otoritas atau
lembaga terutama lembaga transportasi pesawat terbang melarang pengguna Hp ini
untuk menaiki pesawat, yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan.
·
Penjelasan Teknis Permasalahan Pada Baterai Galaxy
Note 7
Menyusul adanya laporan mengenai kasus
ponsel yang terbakar saat sedang mengisi daya. Menanggapi isu yang beredar,
pihak perusahaan mengakui akan melakukan investigasi mendalam dan menemukan adanya
masalah serius pada sel baterai. Meski tergolong sebagai
kasus yang jarang
ditemui, pihak perusahaan mencatat sejauh ini sudah ada 35 laporan dari 2,5
juta ponsel yang telah diproduksi. Biasanya, kasus kegagalan baterai terjadi 1
dibanding puluhan juta unit. Sebagai informasi, mayoritas ponsel pintar saat
ini termasuk Galaxy Note 7, menggunakan baterai isi ulang jenis lithium-ion
(Li-ion). Yang menjadikan baterai rentan terbakar yakni reaksi kimia dalam
energi padat di dalamnya saat perangkat dioperasikan.
Donal
Finegan, seorang insinyur kimia di Universitas College London seperti
dilaporkan Forbes mencatat kegagalan baterai kerap terjadi karena adanya
kenaikan suhu yang relatif drastis. Hal itu bisa terjadi karena faktor
lingkungan, misalnya meletakkan ponsel di dashboard mobil saat cuaca
panas, sehingga suhu di luar dapat ditransfer ke baterai dari komponen
yang terdapat di dalam ponsel. Proses meningkatnya panas baterai juga bisa
disebabkan oleh masalah sel di dalam baterai itu sendiri, seperti halnya yang
terjadi pada Galaxy Note 7.
Meski
kejadian ini tergolong sangat langka, namun Donal menyebut peningkatan panas
juga didorong karena sistem manajemen baterai yang kurang baik. Ponsel pintar
saat ini sudah dibekali sebuah chip yang dapat menghentikan arus listrik yang
masuk saat baterai telah terisi penuh. Hanya saja ketika chip rusak, maka
baterai menjadi seakan-akan sudah penuh.
Hal inilah yang
kemudian bisa memicu baterai terbakar hingga mengeluarkan ledakan. "Selain
karena faktor eksternal, faktor internal seperti arus listrik yang masuk dan
keluar tidak stabil juga menjadi penyebab baterai mudah terbakar dan
meledak," kata Donal.
Plus
minus baterai Li-ion Selain ponsel pintar, baterai Li-ion
sebenarnya juga dipakai pada perangkat laptop dan mobil pintar. Selain
biaya produksi yang lebih murah, dari segi perawatan baterai ini juga terhitung
lebih mudah dan tidak mengandung zat berbahaya. Kelebihan lain dari baterai
Li-ion yakni kemampuan mengisi ulang yang bisa mencapai siklus pengisian hingga
1.000 kali. Dengan kata lain densitas energinya cukup tinggi, meski ukurannya
relatif lebih kecil. Hanya saja kemampuan baterai akan menurun, dengan masa
pemakaian normal sekitar 3 tahun dari tanggal produksi, meski baterai dalam
kondisi tidak dipakai.
Bukan
hanya itu, baterai Li-ion juga sangat sensitif terhadap temperatur tinggi.
Cuaca panas akan membuat masa pemakaian baterai menjadi cepat habis, yang tentu
bisa mempercepat masa pemakaian normal.
Tanpa
mekanisme pendingin, Meski sama-sama berjenis Li-ion,
sayangnya kemampuan baterai ponsel justru lebih rentan dibandingkan pada
laptop atau mobil listrik. Meski sama-sama dihadapkan pada suhu tinggi, baterai
Li-ion pada laptop atau mobil listrik memiliki kipas sebagai pendingin. Hal
inilah yang membuat panas pada baterai tidak menyebar ke area sekitarnya.
Sementara mekanisme serupa tidak dimiliki oleh telepon genggam. Ketika suhu
pada baterai meningkat, panas dengan cepat menyebar ke area luar baterai. Saat
hal ini terjadi, maka suhu yang dihasilkan dengan mudah menyebar ke komponan
lain di sekitarnya.
Energi
padat yang terdapat dalam baterai ditambah suhu panas yang bisa mencapai 100ÂșC,
bisa merusak material yang terdapat di dalamnya. Bahan kimia di dalam baterai
akan bereaksi kemudian melepaskan energi sendiri sehingga mempercepat pemanasan.
Isu
baterai yang mudah terbakar memaksa Samsung menarik kembali semua produk Galaxy
Note 7, tak terkecuali di Indonesia. Meski belum ada produk yang sampai ke
tangan pembeli, Samsung terpaksa harus menunda sementara rencana pengiriman
ponsel ke sejumlah konsumen yang telah melakukan pemesanan awal (pre-order).
"Sebenarnya untuk recall tidak berlaku di Indonesia, karena
barangnya belum sampai ke pemesan. Hanya memang kami akui ada keterlambatan
stok untuk memenuhi pemesanan Galaxy Note 7," ungkap Marketing Director
IT & Mobile Samsung Electronics Indonesia Vebbyna Kaunang
kepada CNNIndonesia.com melalui
surat elektronik yang diterima.
Awalnya,
pemesan Galaxy Note 7 dijanjikan akan menerima pesanan pada 1 September.
Namun,
akibat sejumlah kendala
yang tidak dijelaskan
lebih rinci, Samsung
kemudian
mengundurkan jadwal
pengiriman menjadi 16
September sebelum akhirnya
dibatalkan.
Pada
akhirnya, saat isu cacat baterai kian ramai diperbincangkan, Samsung akhirnya
menyatakan permintaan maaf karena tidak bisa memberikan Galaxy Note 7 sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Sebagai bentuk tanggung jawab,
pihak perusahaan berjanji akan mengembalikan 100 persen uang yang telah
dibayarkan oleh pemesan. "Samsung akan melakukan pengembalian dana
pembelian secara utuh kepada konsumen yang telah melakukan pre-order,"
imbuhnya. Selain itu, Vebbyna juga menyatakan penyesalannya karena pihak
perusahaan belum dapat memberikan tanggal pasti ketersediaan Galaxy Note 7 di
Indonesia.
Sebagai bentuk
kompensasi, selain pengembalian uang, pemesan juga akan mendapatkan voucher
belanja sebesar Rp1 juta dan voucher potongan Rp2 juta untuk pembelian Galaxy
Note 7 saat barangnya sudah tersedia. "Saat barangnya sudah tersedia di
Indonesia, kami akan kembali membuka pre-order dan pemesan yang saat ini
sudah memesan tapi dibatalkan, akan diprioritaskan," ucapnya lagi.
Keputusan
penarikan dan penghentian penjualan produk dipicu oleh 35 laporan meledaknya
baterai Galaxy Note 7 di berbagai tempat saat sedang mengisi daya. Sejauh ini,
Samsung telah menjual 2,5 juta unit ke pasar setelah beberapa pekan
memperkenalkan produk barunya. Akhirnya dengan masalah ini Samsung menarik 2,5
juta unit Galaxy Note 7. Tindakan ini diprediksi membuat Samsung merugii hingga
US Dolar 5 Miliar atau setara dengan Rp. 66 Triliun, perkiraan tersebut
dihitung oleh analis Strategy analytics dengan menggabungkan biaya recall dan
kerugian penjualan.
Meski
pihak perusahaan mengakui jika masalah baterai hanya terjadi pada 0,1 persen
dari seluruh produk yang terjual, namun upaya penarikan dan penghentian
penjualan produk tetap ditempuh untuk meminimalisir kemungkinan terburuk yang
bisa terjadi.
2.
PENARIKAN KEMBALI PRODUK TABLET NVIDIA GAMING SHIELD
Salah
satu produsen terbesar ang merukan vendor produksi perangkat elektronik
prosesor
yang bernama Nvidia,
akhirnya mengeluarkan perintah untuk melakukan penarikan kembali pada produk
yang telah diproduksinya, Nvidia merupakan perusahan yang telah ikut meramaikan
pasar elektronik, dimana perangkat yang diproduksinya telah diterapakan pada
beberapa perangkat eletronik seperti laptop, Hp dan lainnya. Nvidia terkenal
dengan perngkat elektronik yang memberikan kualitas tampilan layar yang sangat
bagus dan memiliki performa sangat baik untuk para pencinta games pada
perangkat elektroniknya.
Penjelasan Mengenai Permasalahan
Pada Perangkat elektronik Tablet Nvidia Gaming Shield
Penarikan ini disebabkan oleh adanya
resiko kebakaran yang ditimbulkan oleh baterai yang mengalami overheating.
Terkait hal tersebut, pihak Nvidia tidak menjelaskan secara rinci
kondisi-kondisi. Sebelumnya, Nvidia mengklaim bila tablet Shield memiliki
kemampuan untuk mengatasi baterai yang mudah
mengalami
overheating. Perusahaan itu menyebutkan bila perangkat gaming itu dirancang
secara khusus agar memiliki kemampuan untuk meminimalisir panas dua kali lebih
baik dari tablet biasa. Dengan begitu, pengguna bisa bebas bermain game tanpa
membuat tablet lekas panas. Tablet gaming canggih Shiled merupakan perangkat
yang berjalan di sistem operasi berbasis Android. Dirilis pertama kali pada 29
Juli 2014, perangkat tersebut langsung menyita perhatian para gamer. Bahkan,
Shield dianggap sebagai salah satu perangkat gaming Android terbaik. Menjelang
liburan Natal tahun lalu, tablet Shield Nvidia termasuk salah satu produk yang
amat diminati. Momen tersebut amat mendukung penjualannya lantaran tablet
gaming bisa menjadi hadiah ideal. Berdasarkan data, penjualan Shiled bersaing
sengit dengan tablet bikinan Apple dan Samsung.
Langkah besar yang diambil perusahaan yang
berspesialisasi di bidang manufacturing komponen komputer itu membuahkan hasil.
Para pengguna amat puas dengan kinerja yang dihasilkan oleh tablet gaming
Shield. Bahkan, tak sedikit review positif yang diberikan oleh para pakar
terkait produk tersebut. Salah satu hal yang membuat tablet Shield mencolok
adalah pengalaman gaming berbeda yang ditawarkannya. Segala elemen yang
mendukung aktivitas gaming menjadi perhatian utama Nvidia dalam merancang
Shield.
Berdasarkan
surat edaran, Nvidia menarik tablet Shield yang dijual pada Juli 2014 hingga
2015.
Perusahaan tersebut juga meminta pengguna untuk menyerahkan klaim agar
perangkat bisa segera diganti. Nvidia juga menambahkan, penarikan kembali
tersebut hanya berlaku untuk tablet gaming Shield dan tak ada dampaknya
terhadap produk-produk yang lain. Tablet-tablet yang memiliki kode baterai B01
tak ditarik. Hanya tablet yang memiliki kode baterai Y01 yang harus
dikembalikan ke pihak Nvidia untuk diganti perangkat baru. Dalam upaya
penarikan tersebut, Nvidia bekerjasama dengan pemerintah terkait untuk
memastikan jika penarikan tablet tersebut sesuai dengan prosedur.
3.
PENARIKAN KEMBALI PERANGKAT
ELEKTRONIK CHIPS OLEH PRODUSEN INTEL
Intel merupakan perusahan besar yang memproduksi
komponen perngkat elektronik untuk produk telekomunikasi. Sejak dahulu intel
telah ikut meramaikan pasar elektronik dengan menciptakan produk-produk atau
komponen yang memiliki kualitas yang sangat baik. Akhir-akhir ini intel sempat
melakukan penarikan pada salah satu komponen perangkat elektroniknya akibat
beberapa permasalahan ang dapat membahaakan pengguna atau user, aitu perngkat
cip dari chipset prosesor 'Core Series' buatan Intel yang ditemukan dalam
kondisi cacat. Diperkirakan sekitar 8 juta chip dalam kondisi cacat.
·
Penjelasan Permasalahan Pada Komponen Produk Intel
Chipset Prosesor
Cip yang diberi nama 'Cougar Point' adalah salah
satu cip pendukung chipset 'Sandy Bridge' (untuk prosesor generasi kedua Intel
Core), yang dirilis ke pasar sejak 9 Januari 2011. Diperkirakan sekitar 500.000
unit sistem yang telah terakit ditemukan mengalami cacat desain.
Chuck Mulloy, Direktur Komunikasi Intel Corp,
seperti dilansir Wired menyatakan bahwa cip tersebut sesungguhnya telah
melalui proses pemeriksaan kualitas. Akan tetapi, setelah Intel menerima barang
kembali dari konsumen sekitar sepuluh hari yang lalu, Intel mulai melakukan uji
ulang dengan tekanan yang lebih intensif, disimulasikan bahwa dalam penggunaan
normal processor seharusnya bisa dipakai untuk kurun waktu lebih dari tiga
tahun.
Secara
spesifik, Mulloy mengatakan bahwa akar kesalahan berasal dari desain pada port
serial-ATA (SATA)-nya chipset Sandy Bridge. "Pada hari pertama atau kedua
menggunakan komputer atau laptop yang menggunakan cip tersebut, Anda tidak akan
menemukan masalah," kata Mulloy. "Tetapi, setelah 3 tahun berlalu,
kita akan menemukan degradasi dalam sirkui port 2 dan 5. Kita akan menemukan tingkat
kegagalan sekitar 5 hingga 20 persen dari chipset resebut untuk kurun waktu dua
atau tiga tahun, dan menurut kami, itu tidak bisa diterima," Mulloy
menambahkan. "Hal ini baru ketahuan setelah dilakukan pengujian
berulang-ulang, dan begitu ketahuan langsung diputuskan untuk mengganti chip
tersebut," jelas Mulloy.
Intel
sebagai salah satu pabrik prosesor terbesar di dunia ini sekarang sedang sibuk
memperbaiki 'cougar point', yaitu dengan menambahkan pelapis pada setiap bagian
metal yang berada di luar cip tersebut.
Meskipun
tergolong perbaikan yang mudah, tetap saja membutuhkan waktu satu bulan untuk
memperbaiki chip-chip yang sesungguhnya telah selesai diproduksi. Intel
memperkirakan, proses
penuh pada bulan
April 2011.
·
Langkah Perusahaan Dalam Permasalahan Ini
Akibat permasalahan
ini, salah satu
produsen yang menggunakan
chipset ini yaitu
Samsung
meminta diskon, kemudian NEC menahan penjualan. Intel memperkirakan kerugian
akan mencapai 1 miliyar. Intel segera menahan pengiriman berikutnya dan
menyiapkan proses penarikan barang yang telah beredar untuk diganti.
Ini bukan untuk pertamakalinya chip buatan intel
ditemukan dalam kondisi cacat. Tentu kita masih ingat tahun Intel mengalami
kerugian hingga 475 juta dollar AS ketika ditemukan bug pada Pentium FD IV di
tahun 1994. Angka yang terbilang besar mengingat rasio kemungkinan cacat produk
tersebut saat itu bisa dikatakan sangat kecil 1 berbanding 9 miliar chip. Akan
tetapi akibat lambatnya respon dari Intel, saat itu berita buruk mengenai
produk Intel menjadi bulan-bulanan media dan publik.
Dengan respon yang lebih cepatpun saat ini, tetap
saja Intel harus membayar mahal atas penarikan cip Cougar Point. Mereka
memperkirakan kerugian akan mencapai 1 miliar dollar AS untuk kuartal pertama
(setelah memperhitungkan kehilangan revenue, biaya perbaikan cip, dan
biaya penggantian).
Berita ini
dengan cepat menjalar
hingga
|
ke pabrik-pabrik
|
pembuat perangkat
|
keras. Samsung
telah meminta diskon
kepada pihak
|
Intel untuk chipset
|
Sandy Bridge
yang
|
mereka
terima menurut Bloomberg. NEC mungkin akan menahan rencana mereka untuk
merilis empat produk PC baru mereka yang kebetulan menggunakan chipset yang
sama.
Acer dan Lenovo juga sempat mempromosikan hardware
untuk dirilis di 2011 ini, konon rencananya akan menggunakan chipset yang sama
Sandy Bridge. Tetapi produk line baru Sandy Bridge yang akan mendukung
PC tablet Acer terbaru tidak mengalami cacat, seperti yang disampaikan oleh
juru bicara Acer, Kelly Odle.
Generasi terbaru laptop 'IdeaPad' dan desktop
'IdeaCentre' keluaran Lenovo, kemungkinan besar menggunakan chipset Sandy
Bridge yang mengalami cacat desain tersebut, seperti disampaikan oleh Ray
Gorman (juru bicara Lenovo) kepada Wired.
KESIMPULAN
Dari permasalahan dan pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa teknologi yang maju merupakan sebuah penciptaan yang
membutuhkan ketelitian dan kerja keras yang tidak mudah, seperti dibidang
informasi dan telekomunikasi. Teknologi diciptakan untuk tujuan mempermudah
kerja manusia, namun ada kalanya produsen-produsen yang sudah lama meramaikan
pasar perangkat elektronik di kanca dunia pun membuat kesalahan mendasar yang
membuat produk yang diciptakannya mengalami gagal produksi dan perlu dilakukan
langkah-langkah efektif oleh perusahaan, salah satunya adalah penarikan kembali
produknya dan diganti dengan produk yang aman. Seperti contoh pada produk
perangkat elektronik Samsung Galaxy Note 7 dan Tablet Gaming Shield dari
Nvidia, dimana perangkat ini digadang-gadang menjadi perangkat yang akan suskes
dalam pemasarannya dengan spesifikasi yang memang disesuaikan dengan kebutuhan
pengguna. Namun yang terjadi sebaliknya, akibat beberapa kesalahan saat
produksi, perangkat tersebut malah membuat bahaya pada penggunaanya diamana
permasalahan utamanya adalah baterai. Baterai yang digunakan oleh perangkat ini
tidak tahan jika digunakan dalam keadaan stress (dalam tekanan), kekurangan
yang telah dianalisa ternyata baterai ini kurang memiliki pendinginan yang baik
sehingga dapat membuat overheating menyebar pada komponen lain. Begitu juga
dengan produk Intel, dimana chipset prosesor yang digunakan sebagai otak dalam
mengoperasikan sebuah perangkat elektronik ini mengalami kegagalan setelah
digunakan lebih dari 3 tahun, akibatnya intel menarik perangkatnya dan
memperbaikinya. Dari permaalahan inilah kita dapat mengatakan bahwa sebuah
penciptaan produk perlu dilakukan pengerjaan yang lebih teliti, dan pengujian
yang sangat intensif. Terkadang produsen terlalu terlena dengan nama besar,
maka agar tidak terulang produsen perlu langkah-langkah yang efektif dan tepat
dalam proses produksi dan pengujiannya sehingga keamanan pengguna dapat dijamin
dengan baik.
SUMBER REFRENSI
1.http://tekno.kompas.com/read/2011/02/04/16243659/Cip.Intel.Sandy.Bridge.Cacat..Kena
pa
2.http://www.cnnindonesia.com/tv/20160905153000-402-156244/penarikan-global-samsung-galaxy-note-7/
3.http://www.pricebook.co.id/article/news/2015/08/12/1853/beresiko-terbakar-nvidia-tarik-tablet-gaming-shield