Penelitian
1.
Pengertian penelitian
Penelitian atau riset berasal dari bahasa
inggris research yang artinya adalah proses pengumpulan informasi dengan tujuan
meningkatkan, memodifikasi atau mengembangkan sebuah penyelidikan atau kelompok
penyelidikan. Pada dasarnya riset atau penelitian adalah setiap proses yang
menghasilkan ilmu pengetahuan. Adapun pengertian penelitian menurut para ahli
adalah :
a. Indriantoro & Supomo (1999: 16) => Penelitian
merupakan refleksi dari keinginan untuk mengetahui sesuatu berupa fakta-fakta
atau fenomena alam.
b. Tuckman =>Penelitian merupakan suatu usaha yang sistematis untuk menemukan
jawaban ilmiah terhadap suatu masalah (a systematic attempt to provide
answer to question). Sistematis artinya mengikuti prosedur atau
langkah-langkah tertentu. Jawaban ilmiah adalah rumusan pengetahuan,
generaliasi, baik berupa teori, prinsip baik yang bersifat abstrak maupun
konkret yang dirumuskan melalui alat primernya yaitu empiris dan analisis.
Penelitian itu sendiri bekerja atas dasar asumsi, teknik dan metode.
c.
Depdiknas RI =>Kerjasama
ilmiah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka
memperoleh informasi/temuan/produk baru melalui metodologi yang berkaitan erat
dengan satu atau beberapa disiplin ilmu
Secara umum, penelitian diartikan sebagai
suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan
logis untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan
metode-metode ilmiah.
Penelitiaan merupakan upaya untuk
mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori. Dalam kaitannya
dengan upaya pengembangan pengetahuan, Welberg (1986) mengemukakan lima
langkah pengembangan pengetahuan melalui penelitian, yaitu:
(1) mengidentifikasi masalah penelitian
(2) melakukan studi empiris
(3) melakukan replikasi atau pengulangan
(4) menyatukan (sintesis) dan mereviu, dan
(5) menggunakan dan mengevaluasi (McMillan dan
Schumacher, 2001: 6 )
Penelitian dapat pula diartikan sebagai cara
dan proses penemuan melalui pengamatan atau penyelidikan yang bertujuan untuk
mencari jawaban permasalahan atau persoalan sebagai suatu masalah yang
diteliti.
2.
Karakteristik Proses Penelitian
Penelitian ilmiah bergantung pada karakterisasi
yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan
mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang
diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan
(definisi) dan pengamatan-pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan
pengukuran dan perhitungan yang cermat. Umumnya terdapat empat karakteristik
penelitian ilmiah :
a. Sistematik. Berarti suatu penelitian harus disusun dan
dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang
mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
b. Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat
diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus
berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal yaitu logika. Prosedur
penalaran yang dipakai bias dengan prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk
menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus), atau prosedur
deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari
pernyataan yang bersifat umum.
c. Empirik. Artinya suatu penelitian yang didasarkan pada
pengalaman sehari-hari, yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang
kemudian diangkat sebagai hasil penelitian.
Landasan empirik ada tiga yaitu :
i.
Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan
perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
ii.
Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai
dengan waktu.
iii.
Hal-hal empirik tidak bisa secara
kebetulan,melainkan ada penyebabnya.
d. Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah
dilakukan harus di uji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil
yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar
bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variable menjadi langkah
penting bagi seorang peneliti.
2.1
Langkah-Langkah
Metode Ilmiah
Langkah-langkah pada metode ilmiah antara lain:
1.
Memilih dan mendefinisikan masalah
2.
Survey terhadap data yang tersedia
3.
Memformulasikan hipotesa
4.
Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam
menguji hipotesa
5.
Mengumpulkan data primer
6.
Mengolah, menganalisa serta membuat
interpretasi
7.
Membuat generalisasi dan kesimpulan
8.
Membuat laporan
2.2
Pelaksanaan
metode ini meliputi enam tahap, yaitu :
1.
Merumuskan masalah.
2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi
yang mengarah dan dekat pada pemecahan masalah. Sering juga disebut mengkaji
teori atau kajian pustaka.
3. Menyusun hipotesis yang merupakan kesimpulan
sementara yang berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi
atau telaah pustaka.
4.
Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan
atau penelitian.
5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan
menggunakan metode statistic untuk menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian
dengan metode ini adalah data yang objektif, tidk dipengaruhi subyektifitas
ilmuwan peneliti dan universal.
6. Menguji kesimpulan untuk meyakinkan kebenaran
hipotesis melalui hasil percobaan dan perlu juga dilakukan uji ulang. Apabila
hasil uji mendukung hipotesis, maka hipotesis itu bias menjadi kaidah (hukum)
dan bahkan menjadi teori.
3.
Hubungan
Penelitian dengan Perancangan
3.1
Penelitian
Enam sekuens kegiatan dalam
penelitian, mengadopsi Creswell (2011): (1) identifikasi persoalan,
(2) kajian pustaka, (3) spesifikasi tujuan penelitian, (4)pengumpulan
data, (5) analisis data dan (6) laporan dan evaluasi penelitian. Enam
tahapan tersebut dalam pelaksanaan penelitian dikerjakan secara berurutan,
tidak dapat dibalik. Kajian pustaka harus dikerjakan sebelum tujuan penelitian
diputuskan. Kajian pustaka yang komprehensif, akan membantu pengambilan
keputusan tujuan penelitian yang tepat, menghindari pengulangan penelitian yang
telah dikerjakan oleh orang lain, menjamin kebaruan temuan penelitian dan
menjamin kontribusi penelitian pada pengembangan ilmu pengetahuan atau
pemahaman terhadap permasalahan yang sedang dihadapi.
Tujuan penelitian menggambarkan
penelitian yang akan dikerjakan bersifat deskriptif (naratif, fenomenologi,
etnografi), eksploratif (grounded-theory, studi-kasus) atau eksplanatori
(korelasional, kuasi eksperimental, eksperimental), (Creswell, 2007, Groat
& Wang, 2002). Rumusan dari tujuan penelitian, memiliki implikasi langsung
pada metode pengumpulan data, apakah akan bersifat open-ended atau close-ended,
kualitatif atau kuantitatif.
Rumusan tujuan, jika tujuan
dirumuskan dengan baik, juga secara implisit menggambarkan pengetahuan yang
akan diungkap atau teori yang akan disusun, yang strukturnya tergantung pada
metode analisis yang digunakan. Sehingga, secara praktis dapat dipahami bahwa
tujuan, pengumpulan data dan analisis data merupakan tahapan yang berurutan
yang sekuensnya tidak dapat ditukar-tempat. Tahapan terakhir dari penelitian,
yang juga merupakan maksud penelitian dikerjakan adalah mendapatkan pengetahuan
baru. Penelitian akan sia-sia jika setelah rangkaian kegiatan yang dikerjakan,
tidak didapatkan pengetahuan baru.
3.2
Ciri-khas
penelitian
Penelitian dikerjakan untuk mendapatkan pengetahuan baru
tentang persoalan tertentu yang spesifik. Satu penelitian tertentu tidak
mungkin dapat mengungkap segala macam pengetahuan secara utuh tentang
permasalahan atau persoalan tertentu yang sedang dihadapi. Pengetahuan yang
utuh hanya dapat diperoleh melalui rangkaian kegiatan penelitian yang dikerjakan
oleh peneliti tertentu secara berkelanjutan atau oleh komunitas pengembangan
keilmuan secara kolektif (banyak orang tanpa kesepakatan formal) atau
kolaboratif (bersama-sama dengan kesepakatan formal).
3.3
Perancangan
Enam sekuens tahapan kegiatan
perancangan, mengadopsi dari Duerk (1993): (1)identifikasi fakta, (2)memilih
persoalan prioritas, (3)memutuskan tujuan, (4)menetapkan kriteria, (5)memilih
konsep dan (6)presentasi. Sewajarnya fakta (tapak, konteks dan pengguna)
diidentifikasi dan dipahami dengan baik, di awal rangkaian kegiatan
perancangan. Karya perancangan selalu berada di tapak yang memiliki
karakteristik yang khas, dikelilingi konteks yang khas dan pengguna
yang mungkin juga sangat berbeda dengan karya perancangan lainnya. Perancangan
tidak mungkin dimulai tanpa memahami ‘lokalitas’ fakta perancangan.
Selanjutnya pada setiap kriteria
perancangan, dapat dipilih beberapa konsep perancangan (cara arsitektural untuk
mencapai tujuan dan memenuhi kriteria perancangan). Misalnya untuk memenuhi
kriteria kemiripan langgam kulit bangunan, dipilih konsep langgam dinding yang
memiliki tipologi bentuk yang mirip dengan bangunan di lingkungan sekitar
tetapi menggunakan warna analogic (warna-warna yang berdekatan), dan
bentuk, dimensi, proporsi bukaan yang sama persis tetapi dengan warna
komplementer (posisi pada diagram warna berlawanan). Konsep perancangan
mengikuti kriteria, dan kriteria ditetapkan berdasarkan tujuan.
3.4
Ciri-khas Perancangan
Perancangan
dikerjakan untuk mendapatkan perwujudan karya arsitektur dalam berbagai skala,
seperti bangunan, lanskap, kota, kawasan dst. Di dalam perancangan, tapak dan
konteks direspon, kebutuhan pengguna diwadahi, komponen yang tangible
(atap, dinding, lantai, kolom, pondasi dll) dan yang untangible (ruang)
dirangkai menjadi satu. Perancangan merupakan kegiatan merangkai berbagai
macam komponen pengetahuan/persoalan menjadi satu keutuhan. Karena itu,
perancangan disebut juga sebagai kegiatan sintesis (merangkai).
3.5
Hubungan Penelitian dan Perancangan
Kegiatan
penelitian dan perancangan memiliki karakter yang berbeda. Penelitian berusaha
memahami persoalan tertentu, perancangan menerapkan pemahaman semua persoalan,
yang terkait perancangan. Penelitian cenderung bersifat dekomposisi, konvergen,
fokus, rasional dan ilmiah, sehingga prosedur pengerjaannya harus benar (valid)
dan dapat dipercaya (reliable). Perancangan cenderung bersifat
rekomposisi, divergen, keutuhan, intuitif dan tidak harus ilmiah, sehingga
prosedur pengerjaannya tidak baku dan tidak harus (tidak perlu) valid. Akurasi
analisis sangat penting dalam penelitian. Kreativitas sintesis sangat penting
dalam perancangan, karena alternatif dan variasi kemungkinan
kombinasi/rangkaian berbagai persoalan tidak terbatas (infinite).
4.
Macam Tujuan
Penelitian
4.1
Ditinjau Dari Tujuan Penelitian , penelitian dibagi menjadi dua
yaitu :
A. Murni
(Pure Research)
Pure
research : penelitian yang diarahkan sekedar untuk memahami sesuatu secara
mendalam tanpa bermaksud untuk menerapkannya. Penelitian murni adalah suatu
riset yang mempunyai alasan intelektual an sich, bertujuan untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan yaitu suatu alasan yang didasarkan atas keinginan untuk
mengetahui semata – mata, yang tidak langsung mempunyai kegunaan praktis.
Hasil dari
penelitian dasar adalah pengetahuan umum dan hukum – hukum. Pengetahuan umum
ini merupakan alat untuk memecahkan masalah praktis dan penelitian murni tidak
dibayang – bayangi oleh pertimbangan penggunaan dari penemuan tersebut.
B. Terapan
(Applied Research)
Applied research :penelitian yang diarahkan sekedar untuk memahami
informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah secara mendalam dan
bermaksud untuk menerapkannya. Penelitian
terapan adalah suatu riset yang mempunyai tujuan atau alasan praktis
(pratical reason) yaitu suatu alasan yang berdasarkan atas keinginan untuk
mengetahui sesuatu degan tujuan agar bisa melakukan sesuatu lebih baik, efektif
dan efisien.
Dari
penelitian ini diperoleh hasil berupa pemaparan, latar belakang suatu masalah
dan saran – saran tindakan (action) sebagai implementasi dari kesimpulan –
kesimpulan yang dirumuskan si peneliti. Deskripsi terapan dalam penelitian pada
dasarnya bersifat menerangkan. Penelitian terapan merupakan kegiatan alamiah
untuk mengungkapkan gejala alam dan gejala sosial dalam kehidupan yang
dipandang perlu diperbaiki karena memiliki berbagai kelemahan dengan
menggunakan metode yang sistematis, teratur, tertib dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam praktiknya,penelitian terapan tidak dapat
dilepaskan dari teori – teori terutama untuk memberikan landasan berpijak /
dari sudut mana pemecahan suatu masalah dibahas atau diungkapkan.
4.2
Ditinjau Dari Bidang Ilmu
Secara umum, ilmu-ilmu dapat dibedakan antara ilmu-ilmu
dasar dan ilmu-ilmu terapan. Termasuk kelompok ilmu dasar, antara lain
ilmu-ilmu yang dikembangkan di fakultas-fakultas MIPA (Mathematika, Fisika,
Kimia, Geofosika), Biologi, dan Geografi. Kelompok ilmu terapan meliputi antara
lain: ilmu-ilmu teknik, ilmu kedokteran, ilmu teknologi pertanian Ilmu-ilmu
dasar dikembangkan lewat penelitian yang biasa disebut sebagai
“penelitian dasar” (basic research), sedangkan penelitian terapan (applied
research) menghasilkan ilmu-ilmu terapan. Penelitian terapan (misalnya di
bidang fisika bangunan) dilakukan dengan memanfaatkan ilmu dasar (misal:
fisika). Oleh para perancang teknik, misalnya, ilmu terapan dan ilmu dasar
dimanfaatkan untuk membuat rancangan keteknikan (misal: rancangan bangunan).
Tentu saja, dalam merancang, para ahli teknik bangunanT tersebut juga
mempertimbangkan hal-hal lain, misalnya: keindahan, biaya, dan sentuhan
budaya. Catatan: Suriasumantri (1978: 29) menamakan penelitian dasar tersebut di
atas sebagai “penelitian murni” (penelitian yang berkaitan dengan “ilmu murni”,
contohnya: Fisika teori).
Pada
perkembangan keilmuan terbaru, sering sulit menngkatagorikan ilmu dasar
dibedakan dengan ilmu terapan hanya dilihat dari fakultasnya saja. Misal, di
Fakultas Biologi dikembangkan ilmu biologi teknik (biotek), yang mempunyai
ciri-ciri ilmu terapan karena sangat dekat dengan penerapan ilmunya ke praktek
nyata (perancangan produk). Demikian juga, dulu Ilmu Farmasi dikatagorikan
sebagai ilmu dasar, tapi kini dimasukkan sebagai ilmu terapan karena dekat
dengan terapannya di bidang industri. Karena makin banyaknya hal-hal yang masuk
pertimbangan ke proses perancangan/perencanaan, selain ilmu-ilmu dasar dan
terapan, produk-produk perancangan/perencanaan dapat menjadi obyek penelitian.
Penelitian seperti ini disebut sebagai penelitian evaluasi (evaluation
research) karena mengkaji dan mengevaluasi produk-produk tersebut untuk
menggali pengetahuan/teori “yang tidak terasa” melekat pada produk-produk
tersebut (selain ilmu-ilmu dasar dan terapan yang sudah ada sebelumnya). Bila
tidak melihat apakah penelitian dasar atau terapan, maka macam penelitian
menurut bidang ilmu dapat dibedakan langsung sesuai macam ilmu. Contoh:
penelitian pendidikan, penelitian keteknikan, penelitian ruang angkasa,
pertanian, perbankan, kedokteran, keolahragaan, dan sebagainya (Arikunto, 1998:
11).
4.3
Ditinjau Dari Pembentukan Ilmu
Ilmu dapat
dibentuk lewat penelitian induktif atau penelitian deduktif. Diterangkan secara
sederhana, penelitian induktif adalah penelitian yang menghasilkan teori atau
hipotesis, sedangkan penelitian deduktif merupakan penelitian yang menguji
(mengetes) teori atau hipotesis (Buckley dkk., 1976: 21). Penelitian deduktif
diarahkan oleh hipotesis yang kemudian teruji atau tidak teruji selama proses
penelitian. Penelitian induktif diarahkan oleh keingintahuan ilmiah dan upaya
peneliti dikonsentrasikan pada prosedur pencarian dan analisis data (Buckley
dkk., 1976: 23). Setelah suatu teori lebih mantap (dengan penelitian deduktif)
manusia secara alamiah ingin tahu lebih banyak lagi atau lebih rinci, maka dilakukan
lagi penelitian induktif, dan seterusnya beriterasi sehingga khazanah ilmu
pengetahuan semakin bertambah lengkap.
Secara
lebih jelas, penelitian deduktif dilakukan berdasar logika deduktif, dan
penelitian induktif dilaksanakan berdasar penalaran induktif (Leedy, 1997:
94-95). Logika deduktif dimulai dengan premis mayor (teori umum); dan berdasar
premis mayor dilakukan pengujian terhadap sesuatu (premis minor) yang diduga
mengikuti premis mayor tersebut. Misal, dulu kala terdapat premis mayor bahwa
bumi berbentuk datar, maka premis minornya misalnya adalah bila kita berlayar
terus menerus ke arah barat atau timur maka akan sampai pada tepi bumi. Kelemahan
dari logika deduktif adalah bila premis mayornya keliru. Kebalikan dari logika
deduktif adalah penalaran induktif. Penalaran induktif dimulai dari observasi
empiris (lapangan) yang menghasilkan banyak data (premis minor). Dari banyak
data tersebut dicoba dicari makna yang sama (premis mayor)—yang merupakan teori
sementara (hipotesis), yang perlu diuji dengan logika deduktif.
4.4
Ditinjau Dari Paradigma Keilmuan
Menurut
Muhajir (1990), terdapat tiga macam paradigma keilmuan yang berkaitandengan
penelitian, yaitu: (1) positivisme, (2) rasionalisme, dan (3) fenomenologi.
Ketiga macam penelitian ini dapat dibedakan dalam beberapa sudut pandang (a)
sumber kebenaran/teori, dan (2) teori yang dihasilkan dari penelitian.Dari
sudut pandang sumber kebenaran, paradigma positivisme percaya bahwa kebenaran
hanya bersumber dari empiri sensual, yaitu yang dapat ditangkap oleh
pancaindera, sedangkan paradigma rasionalisme percaya bahwa sumber kebenaran
tidak hanya empiri sensual, tapi juga empiri logik (pikiran: abstraksi, simplifikasi),
dan empiri etik (idealisasi realitas). Paradigma fenomenologi menambah
semua empiri yang dipercaya sebagai sumber kebenaran oleh rasionalisme dengan
satu lagi yaitu empiri transcendental (keyakinan; atau yang berkaitan dengan
Ke-Tuhan-an). Dari pandangan teori yang dihasilkan, penelitian dengan berbasis
paradigma positivisme atau rasionalisme, keduanya menghasilkan sumbangan kepada
khazanah ilmu nomotetik (prediksi dan hukum-hukum dari generalisasi).
Di lain
pihak, penelitian berbasis fenomenologi tidak berupaya membangun ilmu dari
generalisasi, tapi ilmu idiografik (khusus berlaku untuk obyek yang diteliti).
Sering ditanyakan manfaat dari ilmu yang berlaku local dibandingkan ilmu yang
berlaku umum (general). Keduanya saling melengkapi, karena ilmu lokal
menjelaskan kekhasan obyek dibandingkan yang umum. Misal, kini sedang
berkembang ilmu tentang ASEAN (ASEAN studies). Manfaat dari ilmu semacam
ini dapat dicontohkan sebagai berikut: di negara barat, banyak orang ingin
berdagang di ASEAN; agar berhasil baik, mereka perlu mempelajari
tatacara/kebiasaan/kultur berdagang di ASEAN, maka mereka mempelajari ilmu
lokal yang menjelaskan perbedaan tatacara perdagangan di kawasan tersebut
dibanding tatacara perdagangan yang umum di dunia. Untuk lebih menjelaskan
perbedaan antar ketiga macam penelitian berbasis tiga macam paradigma yang
berbeda tersebut, di bawah ini (lihat Tabel Ragam-1)satu per satu dibahas lebih
lanjut, terutama dari (a) kerangka teori sebagai persiapan penelitian,
(b) kedudukan obyek dengan lingkungannya, (c) hubungan obyek dan
peneliti, dan (d) generalisasi hasil—sumber: Muhadjir (1990)
5.
Ragam
Penelitian
Ragam
Penelitian menurut Strategi (Opini, Empiris, Arsip, Logika internal)
Buckley dkk. (1976: 23) menjelaskan arti metodologi, strategi, domain, teknik, sebagai berikut:
Buckley dkk. (1976: 23) menjelaskan arti metodologi, strategi, domain, teknik, sebagai berikut:
1. Metodologi merupakan kombinasi
tertentu yang meliputi strategi, domain, dan teknik yang dipakai untuk
mengembangkan teori (induksi) atau menguji teori (deduksi).
- Strategi terkait dengan sifat alamiah yang esensial dari data dan proses data tersebut dikumpulkan dan diolah.
- Domain berkaitan dengan sumber data dan lingkungannya.
- Teknik terkait dengan alat pengumpulan dan pengolahan data. Teknik dibedakan dua macam, yaitu:
- Teknik “formal” merupakan teknik yang diterapkan secara obyektif dan menggunakan data kuantitatif.
- Teknik “informal” merupakan teknik yang diterapkan secara subyektif dan menggunakan data kualitatif.
Secara lebih sederhana, dapat dikatakan bahwa strategi
berkaitan dengan “cara” kita melakukan pengembangan atau pengujian teori.
Berkaitan dengan strategi, ragam penelitian dapat dibedakan menjadi empat,
yaitu penelitian: (1) opini, (2) empiris, (3) kearsipan, dan (4) analitis.
5.1
Penelitian Opini
Bila
peneliti mencari pandangan atau persepsi orang-orang terhadap suatu
permasalahan, maka ia melakukan penelitian opini. Orang-orang tersebut dapat
merupakan kelompok atau perorangan (jadi domain-nya dapat berupa kelompok atau
individual). Terdapat banyak ragam metode/teknik yang dapat dipakai untuk penelitian
opini perorangan, salah satunya yang populer dan formal adalah: metode
penelitian survei (survey research). Selain itu, penjaringan persepsi
perorangan yang informal dapat dilakukan dengan teknik wawancara. Untuk
mengumpulkan opini kelompok, secara formal, dapat dipakai metode Delphi. Metode
ini dilakukan terhadap kelompok pakar, untuk mengembangkan konsensus—atau tidak
adanya konsensus—dengan menghindari pengaruh opini antar pakar-pakar. Teknik
informal untuk menggali opini kelompok dapat dilakukan antara lain dengan curah
gagas (brainstorming)3. Cara ini dilakukan dengan (a) menfokuskan
pada satu masalah yang jelas, (b) terima semua ide, tanpa disangkal, tanpa
melihat layak atau tidak, dan (c) katagorikan ide-ide tersebut.
5.2
Penelitian Empiris
Teknik
observasi merupakan teknik yang dapat dipakai untuk ketiga macam penelitian
empiris di atas. Selain itu, untuk studi lapangan dapat dipakai teknik studi
waktu dan gerak (time and motion study), misal dibantu dengan peralatan kamera
video, TV sirkuit rertutup, atau alat “penangkap” kejadian (sensor) dan perekam
yang lain. Untuk studi laboratorium dapat dilakukan antara lain dengan simulasi
(misal dengan komputer).
5.3
Penelitian Kearsipan/Kepustakaan
“Arsip”,
dalam hal ini, diartikan sebagai rekaman fakta yang disimpan. Kita bedakan tiga
tipe arsip, yaitu: (1) primer, (2) sekunder, dan (3) fisik. Dua tipe yang
pertama berkaitan dengan arsip tertulis, tape, dan bentuk -bentuk lain
dokumentasi. Arsip primer adalah rekaman fakta langsung oleh perekamnya (misal:
data perkantoran), sedangkan arsip sekunder merupakan hasil rekaman orang/pihak
lain. Tipe ketiga, yaitu arsip fisik, dapat berupa batu candi, jejak kaki, dan
sebagainya. Teknik informal dalam penelitian ini berupa antara lain: scanning
dan observasi. Teknik formal untuk arsip tertulis primer dapat dilakukan dengan
metode analisis isi (content analysis). Terhadap arsip sekunder dapat dilakukan
teknik sampling, sedangkan terhadap arsip fisik dapat dilakukan antara lain
dengan pengukuran erosi dan akresi (untuk penelitian arkeologi).
5.4
Penelitian Analitis
Terdapat
problema penelitian yang tidak dapat dipecahkan dengan penelitian opini,
empiris atau kearsipan. Penelitian tersebut perlu dipecahkan secara analitis,
yaitu dilakukan dengan cara memecah problema menjadi sub-sub problema (atau
variabel-variabel) dan dicari karakteristik tiap sub problema (variabel) dan
keterkaitan antar sub problema (variabel). Penelitian analitis sangat
menggantungkan diri pada logika internal penelitinya, sehingga subyektivitas
peneliti perlu dihindari. Untuk itu, penelitian analitis perlu mendasarkan diri
pada filsafat atau logika. Terdapat berbagai teknik formal dalam penelitian
analitis, antara lain: logika matematis, pemodelan matematis, dan teknik
organisasi formal (flowcharting, analisis jaringan, strategi pengambilan
keputusan, algoritma, heuristik). Catatan: Riset operasi merupakan pengembangan
dari penelitian analitis. Teknik informal untuk penelitian analitis meliputi
antara lain: skenario, dialektik, metode dikotomus, metode teralogis—lihat
Buckley dkk. (1976: 27).
5.5
Ragam Penelitian lainnya
Dalam
literatur terdapat banyak ragam penelitian menurut berbagai sudut pandang, dan
tidak semua ragam dapat dibahas disini. Pembahasan lain-lain hanya akan melihat
ragam penelitian bersumber dari tiga pustaka, yaitu buku Arikunto (1998),
Suryabrata (1983)4, dan Yin (1989).
Ragam
Penelitian menurut pendekatan—sumber: Arikunto (1998: 9-10)
a. Penelitian dengan pendekatan
longitudinal (satu obyek penelitian dilihat bergerak sejalan dengan waktu)
- Penelitian dengan pendekatan penampang-silang (cross-sectional—yaitu banyak obyek penelitian dilihat pada satu waktu yang sama).
Ragam
Penelitian—sumber: Suryabrata (1983: 15-64)
a.
Historis (membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis
dan obyektif)
- Deskriptif (membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu)
- Perkembangan (menyelidiki pola dan urutan pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu)
- Kasus/Lapangan (mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu obyek)
- Korelasional (mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor lain berdasar koefisien korelasi)
- Eksperimental sungguhan (menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan melakukan kontrol/kendali)
- Eksperimental semu (mengkaji kemungkinan hubungan sebab akibat dalam keadaan yang tidak memungkinkan ada kontrol/kendali, tapi dapat diperoleh informasi pengganti bagi situasi dengan pengendalian)
- Kausal-komparatif (menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat, tapi tidak dengan jalan eksperimen—dilakukan denganpengamatan terhadap data dari faktor yang diduga menjadi penyebab, sebagai pembanding)
- Tindakan (mengembangkan ketrampilan baru atau pendekatan baru dan diterapkan langsung serta dikaji hasilnya).
5.6
Ragam Penelitian & Syarat
penelitian
Melihat
banyak ragam penelitian dari berbagai sudut pandang dan dari berbagai pendapat
para penulis, maka kita perlu hati-hati dalam menyebut ragam penelitian kita,
karena dengan istilah yang sama tapi orang lain mungkin menangkap artinya
secara berbeda. Sering pula untuk satu pengertian yang sama tapi diberi istilah
yang berbeda. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa penelitian perlu dilakukan
dengan syarat:
1. SISTEMATIK (menuruti prosedur
tertentu, tidak ruwet), dan
- OBYEKTIF (tidak subyektif, dengan sampel yang cukup, dipublikasikan agar dapat dievaluasi oleh kelompok pakar bidangnya/ peer).
6.
Unsur Proposal Penelitian
Unsur-unsur Isi Proposal dan Keterkaitannya
Secara umum, isi proposal penelitian meliputi.unsur-unsur sebagai
berikut (menurut pedoman penulisan tesis yang dikeluarkan oleh Program
Pascasarjana UGM, 1997):
1.
Judul
2.
Latar
belakang & perumusan permasalahan (& keaslian penelitian, dan faedah
yang dapat diharapkan)
3.
Tujuan
dan Lingkup penelitian
4.
Tinjauan
Pustaka
5.
Landasan
Teori
6.
Hipotesis
7.
Cara
penelitian
8.
Jadwal
penelitian
9.
Daftar
Pustaka
10.
Lampiran
Keterkaitan antar unsur tersebut
terlihat seperti pada gambar di bawah ini:
Dari
gambar di atas terlihat bahwa ada tiga unsur yang menjadi “sentral” keterkaitan
unsur-unsur proposal, yaitu: (a) rumusan permasalahan, (b) tinjauan pustaka,
dan (c) cara penelitian. Rumusan masalah berfungsi mengarahkan fokus
penelitian, sedangkan tinjauan pustaka merupakan dialog
dengan khazanah ilmu pengetahuan, dan cara (metode)
penelitian menjadi cetak biru (rancangan) untuk pelaksanaan penelitian. Karena
ketiga unsure ini menjadi sentral dari isi proposal penelitian, maka bahasan
dimulai dari ketiga unusr tersebut. Bahasan di bawah ini bersifat singkat,
sedangkan bahasan yang lebih panjang lebar diberikan dalam bab-bab tersendiri.
6.1 Judul proposal penelitian
Judul merupakan gerbang pertama seseorang membaca sebuah proposal penelitian. karena merupakan gerbang pertama, maka judul proposal penelitian perlu dapat menarik minat orang lain untuk membaca. Judul perlu singkat tapi bermakna dan tentu saja harus jelas terkait dengan isinya.
6.2 Latar belakang
Dua pertanyaan perlu dijawab dalam rangka mengisi bagian latar belakang ini, yaitu: Mengapa kita memilih permasalahan ini? Apakah ada opini independen yang menunjang diperlukannya penelitian ini? Untuk menjawab pertanyaan “mengapa kita memilih permasalahan ini?”, maka langkah pertama, kita perlu memilih bidang keilmuan yang kita ingin lakukan penelitiannya.
6.3 Rumusan permasalahan
Rumusan permasalahan perlu dituliskan secara singkat, jelas, mudah dipahami dan mudah dipertahankan. Rumusan yang tersamar terkandung dalam alinea tidak diharapkan karena memaksa pembaca untuk mencari sendiri dan menginterpretasikan sendiri bagianbagian dari alinea atau kalimat-kalaimat yang bersifat rumusan permasalahan.
6.4 Keaslian penelitian
Dalam bagian ini, pada dasarnya, perlu kita tunjukkan (dengan dasar
kajian pustaka) bahwa permasalahan yang akan kita teliti belum pernah diteliti
sebelumnya. Tapi bila sudah pernah diteliti, maka perlu kita tunjukkan bahwa
teori yang ada belum mantap dan perlu diuji kembali.
6.5 Faedah yang diharapkan
Dalam bagian ini perlu ditunjukkan manfaat atau faedah yang
diharapkan dari penelitian ini untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan atau
pembangunan negara.
6.6 Tujuan dan Lingkup Penelitian
Tujuan penelitian berkaitan dengan kedudukan
permasalahan penelitian dalam khazanah ilmu pengetahuan (yang tercermin dalam
tinjauan pustaka). Kedudukan permasalahan—dilihat dari pandangan
tertentu—mempunyai lima macam kemungkinan, yaitu; ekplorasi (masih
“meraba-raba”), deskripsi (menjelaskan lebih lanjut),
eksplanasi (mengkonfirmasikan teori), prediksi (menjelaskan hubungan
sebab-akibat), dan aksi (aplikasi ke tindakan).
6.7 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka memuat uraian sistematis dan bersifat diskusi tentang hasil-hasil penelitian sebelumnya dan terkait serta ilmu pengetahuan mutakhir (berupa pustaka) yang terkait dengan permasalahan. Tinjauan pustaka berbeda dengan resensi pustaka. Resensi pustaka membahas pustaka satu demi satu, sedangkan tinjauan pustaka membahas pustaka-pustaka per topik (bukan per pustaka), dalam bentuk debat atau diskusi antar pustaka tentang suatu topik tertentu.
6.8 Landasan Teori dan Hipotesis
Seperti diterangkan di bagian “Tinjauan Pustaka”, landasan teori
diangkat (disarikan) dari tinjauan pustaka tentang kerangka teori yang
melatarbelakangi (menjadi landasan) bagi permasalahan yang diteliti. Landasan
teori merupakan satu set teori yang dipilih oleh peneliti sebagai tuntunan
untuk mengerjakan penelitian lebih lanjut dan juga termasuk untuk menulis
hipotesis. Landasan teori dapat berbentuk uraian kualitatif, model matematis,
atau persamaan-persamaan.
6.9 Daftar Pustaka dan Lampiran
Daftar Pustaka memuat informasi pustaka-pustaka yang diacu dalam
proposal penelitian. Kadangkala untuk menunjukkan bahwa peneliti membaca banyak
pustaka, maka dalam daftar pustaka dituliskan juga pustaka-pustaka yang
nyatanya tidak diacu dalam narasi proposal. Hal ini tidak dianjurkan untuk
dilakukan, karena sudah umum bahwa peneliti tentu membaca banyak pustaka dalam
rangka penelitiannya.
6.10 Hubungan antara Proposal dan Laporan Penelitian
Penyusunan
proposal sebenarnya merupakan kegiatan yang menerus, meskipun pada saat yang
telah ditetapkan kita harus memasukkan proposal untuk dievaluasi. Proposal yang
telah selesai dievaluasi dan diterima untuk dilaksanakan tetap harus
dikembangkan penulisannya. Isi proposal akan menjadi bahan awal bagi penulisan
laporan penelitian, yaitu terlihat pada tabel di bawah ini:
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar